Indonesia kembali dinobatkan sebagai negara yang paling dermawan di dunia berdasarkan hasil survey dari World Giving Index pada tahun 2018 dan 2019. Hal ini menunjukkan bahwa orang Indonesia walaupun berasal dari beragam suku, agama dan ras tetap menjunjung asas gotong royong dalam membantu sesama demi kemanusiaan.

Isu kemanusiaan pun semakin berkembang berdasarkan laporan United Nations tahun 2021 ada 235 juta orang yang membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan. Jika dihitung secara rasio 1 dari 33 orang di seluruh dunia itu butuh bantuan, jumlah ini meningkat secara signifikan dari tahun sebelumnya 2020 yang hanya 1 dari 45 orang. Angka di tahun 2021 merupakan angka tertinggi dari beberapa dekade terakhir dan termasuk di Indonesia.

Indonesia tidak lagi hanya menerima bantuan kemanusiaan Internasional namun masyakat Indonesia saat ini sudah banyak berpartisipasi dalam bantuan-bantuan kemanusiaan, termasuk di dunia Internasional pada isu ke bencana maupun bantuan bagi korban konflik.

Namun begitu kedermawanan masyarakat Indonesia terancam karena bersamaan dengan tumbuhnya faham fundamentalisme yang dapat berkembang sebagai tindakan ekstrimisme seperti hilangnya rasa keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai contoh bantuan masyarakat Indonesia juga disalurkan oleh oknum-oknum yangmelakukan penggalangan dana kepada kelompok atau kegiatan ekstremisme baik di dalam maupun di luar negeri. Oleh karenanya perlu menggerus nilai ekstremisme demi mewujudkan negara persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.

Semangat lembaga kemanusiaan dalam aktivitas filantropinya diharapkan mampu mendorong donor maupun penerima manfaat dalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang sarat akan keadilan sosial, perdamaian dan mampu memberdayakan masyarakat sehingga mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan damai.

Oleh karenanya, Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengisyaratkan pentingnya pencegahan berkembangnya ekstremisme di Indonesia yang menjurus pada terorisme dalam aktivitas kemanusiaan dalam acara Webinar Hari Kemanusiaan: Menggerus Extremisme, Mendorong Kemanusiaan pada Selasa, 31 Agustus 2021. Hadir dalam diskusi tersebut Prof. Dr. Jamhari Ma’ruf selaku Dewan Penasihat PPIM dan Board STF UIN Jakarta yang mengungkapkan tentang berbagai penelitian yang pernah dilakukannya bersama lembaga PPIM dalam mengungkap perilaku ekstemisme yang telah menggerus nilai-nilai kemanusiaam berikut dengan potensi berkembangnya perilaku tersebut kedepan.

Selain itu, hadir pula pakar dalam bidang kemanusiaan yang sudah banyak berkecimpung dalam praktik kemanusiaan internasional yaitu Surya Rahman Muhammad yang merupakan Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia (HFI). Beliau mengungkapkan fakta di lapangan yang tentunya tidak kalah rumit dengan teori-teori konflik. Segregasi kemanusiaan dan agama menjadi suatu benang yang kusut. Perlu kehati-hatian dalam penanganan konflik yang terjadi agar bisa meredam dan tidak menimbulkan konflik yang lebih besar. Karena, terkadang masalah yang muncul diakbibatkan oleh hal-hal yang sangat sensitif.

Prof. Amelia Fauzia MA, Ph.D selaku Direktur STF UIN Jakarta membuka acara ini, dan berharap banyak pelaku kemanusiaan bisa banyak belajar di hari kemanusiaan internasional ini kepada dua tokoh ini. Bahwasannya kita tidak bisa menghindar dari konflik tersebut, namun jangan sampai kita yang terjerumus dalam lingkup extremisme.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here