Jakarta, 31 Oktober 2025 – Bagi Anggita Maulida, berbicara bukan sekadar menyampaikan kata, tetapi menanamkan makna di hati pendengarnya. Mahasiswi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini kini menempuh semester lima dan aktif mengasah diri melalui berbagai ajang perlombaan, organisasi, serta kegiatan sosial. Kiprahnya sebagai awardee Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta menjadi bagian penting dari perjalanan tumbuh dan mengabdinya.
“Sejak awal kuliah, saya berusaha menyeimbangkan akademik dan pengembangan diri. Kemenangan sejati bukan soal piala, tetapi keberanian untuk mencoba,” ungkap Anggita.
Deretan Prestasi
Komitmen dan semangat itu terwujud melalui berbagai capaian yang berhasil diraih, antara lain:
- Juara 2 Musabaqah Syarhil Qur’an Semarak Ramadhan Institut Pertanian Bogor tingkat nasional (2025)
- Juara Harapan 1 Musabaqah Syarhil Qur’an Tingkat Nasional, Festival Seni Islami Online se-Indonesia (Jawa Timur, 2025)
- Juara Harapan 1 Lomba Da’i Tingkat Nasional Olimpiade Seni Islam UIN Saizu Purwokerto (2025)
- Juara Harapan 1 Musabaqah Da’i Muda Tingkat Nasional oleh MTD Malang (2024)
- Juara 1 Lomba Da’i Inspirasi Festival Dakwah LDK Syahid UIN Jakarta (2024)
- Juara 2 Musabaqah Syarhil Qur’an Tingkat Jabodetabek, Festival Fatullah (2024)
- Juara 1 Lomba Debat MUDAIM Festival Ma’had Al-Jami’ah UIN Jakarta (2024)
- Mahasantri Terbaik bidang Qiroatul Kutub, Ma’had Al-Jami’ah UIN Jakarta (2023)
- Wisudawati Teladan Pondok Pesantren Alfurqoniyah Bogor (2023)
Selain berprestasi, Anggita juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia pernah menjadi partisipan International Volunteer Day yang diselenggarakan oleh Social Trust Fund UIN Jakarta (2024), sebuah pengalaman yang ia sebut sebagai “pembuka mata terhadap makna memberi manfaat untuk sesama.”
Perjalanan dan Tantangan
Di balik sederet capaian itu, perjuangan Anggita tidak selalu mulus. Ia mengaku, tantangan terbesar justru datang dari dalam dirinya sendiri.
“Saya sering berperang dengan rasa takut, takut gagal, takut mengecewakan, takut dipandang rendah. Tapi saya belajar bahwa keberanian bukan berarti tidak takut, melainkan tetap melangkah meski hati gemetar,” ujarnya dengan penuh ketulusan.
Kisah hidup Anggita juga diwarnai pengalaman pahit ketika ia ditolak empat kali oleh kampus impiannya, UPI Bandung. Namun dari situ, ia belajar arti menerima takdir dengan lapang dada. “Saya percaya, apa yang Allah tuliskan selalu lebih indah dari yang saya bayangkan,” katanya mantap.
Prinsip Hidup dan Harapan
Dua prinsip hidup menjadi pijakan bagi Anggita:
“Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan”
“Harapan yang tidak disertai amalan hanyalah lamunan.”
Baginya, kedua prinsip ini menjadi pengingat bahwa hasil manis selalu lahir dari proses panjang yang penuh perjuangan.
Kini, melalui dukungan beasiswa Social Trust Fund, Anggita merasa semakin kuat melangkah. “STF bukan sekadar bantuan pendidikan, tapi jembatan menuju perubahan. Dari STF saya belajar bahwa keberhasilan tidak berhenti pada diri sendiri, melainkan harus menjadi manfaat bagi orang lain,” tuturnya.
Ke depan, Anggita berharap dapat terus berkembang bersama keluarga besar STF dan menebarkan kebaikan yang ia terima. “Saya ingin menyalurkan kembali kebaikan yang sudah Allah titipkan melalui STF. Selama langkah ini dijalani dengan niat yang tulus, saya percaya Allah akan terus menuntun ke arah yang penuh cahaya,” pungkasnya. (Putri K. Nuzullah/ Volunteer STF UIN Jakarta)







