Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan 1444 H/2023 M. STF UIN Jakarta kembali menyelenggarakan Tarhib Ramdhan dengan tema ‘’Menggapai Ramadhan Terbaik’’.

Acara yang digelar secara online pada hari Senin, 20/3/2023 dimulai pukul 13.00 WIB dengan sambutan pertama oleh direktur STF, Prof. Amelia Fauzia, MA., PhD. Dalam sambutannya Prof. Amelia mengatakan bahwa, sebagai insan akademik yang unggul kita juga harus memiliki sifat kesalihan. Oleh karena itu, STF hadir untuk mewujudkan kesalihan tersebut dalam bidang sosial seperti zakat, wakaf, infak, shodaqoh, dan kerelawanan. Perlu ditekankan bahwa STF memiliki bidang kerja yang kita sebut dengan nama CARE (Charity, Advocacy, Research, and Endowment) yang bekerja sama dengan berbagai civitas sejenis. STF juga telah mendapat status Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) oleh BAZNAS tingkat pusat sehingga memungkinkan kiprah STF dengan melakukan berbagai progaram-program membantu sosial tidak hanya di lingkungan UIN Jakarta saja. Harapannya untuk saling memperkuat filantropi di kampus adalah dengan cara bervolunteer dari para civitas akademik.

Prof. Ali Munhanif, MA., Ph.D. selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UIN Jakarta juga turut hadir dan memberikan sambutan dalam agenda tersebut. Menurutnya, tarhib ini merupakani suatu momen yang terus mengingatkan bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan Ramadhan baik dari segi fisik, mental, dan spiritual di bulan yang sangat mulia ini. Sehingga Ramadhan kita akan terpanggil untuk melakukan suatu kebaikan. Prof. Ali juga menegaskan bahwa dengan status SK baru STF, semoga kedepannya dapat meperluas jaringan donasi dan langkah-langkah baik untuk membantu umat.

Dr. Moch. Syarif Hidayatullah yang menjadi narasumber dalam acara ini memberikan pencerahan bahwa sebagai seorang muslim, kita harus menyambut datangnya Ramadhan dengan target-target spiritual yang akan kita capai selama bulan Ramadhan. Ada dua hal yang perlu dilakukan di bulan ramadhan, pertama: targetkan berbuat kebaikan seperti tilawah dan shodaqoh. Dalam Islam, yang didahulukan adalah amar ma’ruf dibanding nahi munkar karena apabila yang ma’ruf itu menang maka yang munkar akan hilang sendirinya. Jadi teruslah lakukan kema’rufan, untuk menghapus kemunkaran. Kemudian yang kedua: menargetkan pada diri kita untuk menghindari keburukan, karena puasa yang meningkat adalah puasa yang terdapat perbaikan didalamnya.

Selain itu, menjadi seorang muslim yang terbaik itu adalah muslim yang Islamnya hadir untuk memberi makna dan manfaat untuk orang lain, karena ibadah kita belum tentu diterima oleh Allah SWT. Mungkin saja yang diterima oleh Allah Swt adalah saat kita membantu orang-orang yang dhaif atau duafa diantara kita. Sungguh rezeki-rezeki kita sebenarnya itu malalui hal-hal tersebut. Mungkin dengan memberi terlihat kita mengeluarkan rezeki kita padahal saat itu juga Allah memasukan rezeki yang lebih pada diri kita. Wallahu a’lam bisshawab.

Penulis: Alfina, Volunteer STF UIN Jakarta

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here