Islam adalah agama yang sangat menekankan kepedulian, tidak hanya kepada sesama manusia tetapi kepada sesama makhluk (zakat, sedekah, dan lain-lain). Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita harus memelihara lingkungan misalnya seperti tidak boleh menebang pohon sembarangan dan harus menghargai alam.

Dalam program Serial Ramadhan 1444 H dengan narasumber Dr. Iding Rosyidin, S.Ag., M.Si. (Ketua Umum Asosiasi Program Studi Ilmu Politik Indonesia (Apsipol) membahas topik “Berderma Untuk Mengubah Dunia: Kritik Islam atas Kapitalisme dan Komunisme” sebagai upaya meningkatkan kualitas keislaman para muslim.

Zakat
Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang zakat, salah satunya surat At-Taubah ayat 103. Zakat harus dikeluarkan karena bisa mensucikan jiwa. Suci disini artinya ketika barang-barang, benda-benda, dan harta benda yang kita miliki jika kita keluarkan kewajiban zakatnya maka benda-benda itu menjadi bersih dan suci.

Ketika seseorang terbiasa mengeluarkan zakat ditambah shodaqoh, infaq dan lain-lain, maka ia akan merasakan ketenangan jiwa. Ada ungkapan yang mengatakan jika kita memberi sesuatu dan kita merasa bahagia maka disitulah letak keberhasilan kita berderma.

Sedekah
Dalam salah satu ayat di surat Al-Baqarah dijelaskan untuk kita memberikan harta yang disukai. Hal ini bermakna sebenarnya untuk memberi shodaqoh dan infaq seharusnya memberikan barang yang paling kita sukai, misal memberi pakaian yang paling baru bukan bekas dan sudah tidak terpakai. Semakin sering orang bersedekah semakin besar pula peluangnya mendapatkan kebaikan karena pintu keburukannya ditutup.

Dalam hal ini, Nabi adalah suri teladan yang paling utama dan Nabi adalah orang yang paling dermawan. Saat bulan ramadhan Nabi lebih dermawan lagi bahkan kedermawanan tersebut sampai diumpamakan secepat hembusan angin.

Kritik Islam terhadap Kapitalisme, Sosialisme, dan Komunisme
Ajaran zakat, infaq, dan shodaqoh dalam Islam sebenarnya adalah kritik Islam terhadap kapitalisme, sosialisme, dan komunisme. Beberapa ilmuwan menulis kritik terhadap kapitalisme dan sosialisme tapi kemudian tidak menjadikan Islam sebagai alternatif.

Seorang tokoh Arab yang dikenal di Indonesia sebagai pemimpin Libya, M. Qaddafi rajin menulis buku dan artikel. Bukunya yang paling fenomenal adalah tentang buku hijau yang dijadikan pegangan Libya. Qadaffi memberikan pendapatnya yang berisi kritik Islam terhadap kapitalisme, sosialisme, dan komunisme.

Kapitalisme dalam beberapa hal memang cocok dengan Islam misalnya tentang bekerja tapi Islam sangat menentang kapitalisme yang individualistis (menumpuk harta hanya untuk diri sendiri dan hidup bermewah-mewahan). Islam juga dalam beberapa hal setuju dengan kapitalisme tentang kehidupan sosialnya yang komunal serta tentang kolektivisme/kebersamaan tetapi Islam menentang sosialisme dan komunisme dengan adanya kelas-kelas.

Islam menerima kelas-kelas ada kelompok kaya dan sebagainya tetapi Islam datang dengan solusinya. Meskipun, ada kelas-kelas di masyarakat dan ada perbedaan-perbedaan tetapi dengan konsep zakat, sedekah dan lainnya maka perbedaan-perbedaan di masyarakat itu menjadi pudar. Relasi-relasi sosial antar mereka menjadi harmonis karena adanya zakat, infaq, dan shodaqoh.

Dengan ajaran zakat dan seterusnya, Islam menjadi alternatif ideologi di dunia. Ini sifatnya tidak eksklusif, bisa menjadi inklusif dengan direalisasikan melalui teori konstruk sosial; eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi. Ajaran-ajaran tentang zakat itu di objektifikasi maka jadilah filantropi. Jadi sebenarnya filantropi Islam itu merupakan objektifikasi dari ajaran Islam tentang zakat, shodaqoh dan seterusnya sehingga seharusnya ini menjadi ajaran yang universal yang dapat diterima oleh semua pihak.

Zakat atau sedekah jika terorganisasi lebih baik daripada sendiri-sendiri karena dampaknya akan jauh lebih besar dan lebih terasa dalam jangka panjang maka dari itu, sudah seharusnya gerakan filantropi Islam terus digalakkan dan didukung semua pihak. Filantropi Islam bisa mengubah dunia jika kedermawanan atau spirit zakat sedekah dan lainnya sudah kuat tertanam atau terinternalisasi dalam jiwa atau bahkan berurat berakar dalam jiwa kaum muslimin di seluruh dunia maka sulit disangkal jika kontribusi islam akan dirasakan oleh dunia.
Penulis: Farah Yuniar/FISIP/Mahasiswa KKN in Campus

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here